Lintaskepri.com, Tanjungpinang – Kontroversi mencuat terkait penamaan Flyover Laksamana Ladi di Batam. Nama tersebut menuai kritik, terutama dari Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepri Kota Batam.
Ketua Umum LAM Kepri Kota Batam, YM. H. Raja Muhammad Amin, menyatakan kekecewaannya atas kurangnya keterlibatan pihak LAM dalam proses penamaan tersebut.
“Saya kaget melihat nama itu di media sosial. Kami, sebagai perwakilan adat Melayu, tidak pernah dilibatkan,” ujar Raja, Kamis (2/1/2025).
Ia juga mengaku mendapat banyak pertanyaan dari tokoh Melayu di Kepri yang mempertanyakan keberadaan figur “Laksamana Ladi”.
Raja bahkan menghubungi beberapa tokoh Melayu Kerajaan Riau Lingga untuk mencari jejak sejarah Laksamana Ladi.
Namun, mereka menegaskan tidak pernah mengenal nama tersebut dalam sejarah. “Nama ‘Ladi’ memang ada, termasuk sebagai nama suku.
Tetapi ‘Laksamana Ladi’ tidak pernah dikenal dalam sejarah Melayu Riau Lingga,” tambah Raja.
LAM Kepri mendesak BP Batam untuk meninjau ulang nama tersebut, bahkan meminta perubahan dengan dasar literatur sejarah yang jelas.
Pada Kamis malam, Kepala BP Batam Muhammad Rudi menyampaikan permintaan maaf atas polemik tersebut. Ia mengumumkan bahwa nama flyover tersebut diubah menjadi “Flyover Sungai Ladi”.
“Saya memohon maaf atas apa yang telah terjadi dan berterima kasih kepada seluruh masyarakat yang telah mendukung pembangunan ini,” ujar Rudi.
Rudi menegaskan bahwa Flyover Sungai Ladi tidak hanya akan menjadi simbol baru Kota Batam, tetapi juga memiliki peran strategis.
Flyover sepanjang 120 meter dengan lebar 10,5 meter ini dirancang untuk meningkatkan mobilitas masyarakat, mengurai kemacetan, dan mendukung infrastruktur investasi di Batam.
“Keputusan ini diambil untuk memastikan kondisi Batam tetap kondusif serta mendukung kemajuan kota yang kita cintai bersama,” tambahnya.(*)
Editor: Brm
