Lintaskepri.com, Tanjungpinang – Menjelang perayaan Tahun Baru Imlek yang jatuh pada Rabu, 29 Januari 2025, masyarakat Tionghoa di seluruh dunia menjalankan berbagai tradisi unik.
Di Indonesia, tradisi seperti pemberian angpao, barongsai, hingga Cap Go Meh telah dikenal luas. Namun, ada satu tradisi khas yang mungkin kurang familiar di kalangan masyarakat non-Tionghoa, yaitu ritual membakar uang sebagai simbol berbagi kebahagiaan dengan leluhur di alam baka.
Ritual membakar uang bukanlah fenomena baru. Tradisi ini telah dilakukan masyarakat Tionghoa secara turun-temurun selama ribuan tahun.
Perlu diketahui, uang yang digunakan dalam ritual ini bukanlah uang asli, melainkan uang palsu yang berfungsi sebagai simbol.
Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, uang tersebut diyakini dapat digunakan oleh leluhur di alam baka untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Dengan membakar uang ini, keluarga yang masih hidup merasa tenang karena telah membantu leluhur mereka hidup dengan nyaman di dunia setelah kematian.
Budiman, salah satu warga Tionghoa di Jalan Mawar Pelantar IV, menjelaskan bahwa ritual ini memiliki makna mendalam. Setiap lembar uang yang dibakar dianggap sebagai bentuk kasih sayang dan penghormatan kepada leluhur.
“Kalau kita di dunia nyata menggunakan uang rupiah, mereka juga punya dunia sendiri. Kalau dibakar dengan hati yang ikhlas, almarhum pasti menerima,” ujar Budiman.
Namun, tradisi ini biasanya dilakukan oleh mereka yang memiliki rezeki lebih. Bagi yang tidak mampu, cukup menggantinya dengan membakar tiga batang kayu gaharu atau dupa.
Edi, seorang warga lainnya, menambahkan bahwa tradisi ini bisa dilakukan dalam skala besar, tergantung pada kemampuan ekonomi keluarga.
“Kalau orangnya punya banyak uang, bisa membakar replika mobil, rumah, hingga cek bank. Biayanya bisa mencapai jutaan,” ungkapnya.
Ritual ini mencerminkan bagaimana masyarakat Tionghoa menjaga hubungan dengan leluhur mereka, menunjukkan penghormatan, dan berbagi kebahagiaan, bahkan di alam lain.(Mfz)
Editor: Brm