Syaifullah Berharap Harga Karet di Natuna Kembali Membaik

Avatar
Ilustrasi seorang wanita sedang menderes karet.
Anggota DPRD Natuna, Syaifullah.
Anggota DPRD Natuna, Syaifullah.

Natuna, LintasKepri.com – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Natuna, Syaifullah, berharap harga karet di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), dapat kembali membaik.

Hal itu menyusul banyaknya para petani maupun para penderes karet asal daerah tersebut, yang terus mengeluh akibat harga karet tidak kunjung naik.

“Warga kita banyak yang mengeluh, karena harga karet murah. Ini sudah berlangsung lama,” sebut Syaifullah melalui sambungan telepon, Jum’at (17/01/2020) malam.

Politisi Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) itu berharap agar Pemerintah bisa mencarikan solusi atas anjloknya harga karet kepingan, yang berdampak terhadap para petani dan penderes karet diwilayah tersebut.

Ilustrasi seorang wanita sedang menderes karet.
Ilustrasi seorang wanita sedang menderes karet.

“Pemerintah harus berperan lah, supaya masyarakat tidak terus menjerit. Informasinya harga karet turun dua kali lipat, ini cukup memprihatinkan. Namun kami berharap mudah-mudahan nanti bisa naik lagi harganya,” pungkas dia.

Sementara itu Salmi (54) salah seorang penderes karet asal Desa Batu Gajah, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna itu menjelaskan, bahwa saat ini harga karet masih bertengger dikisaran Rp 7000.

Padahal kata dia, beberapa tahun yang lalu harga karet bisa tembus diangka Rp 15.000 perkilogram. Namun setelah itu mulai menurun, hingga pernah mencapai Rp 5000 saja perkilogramnya.

Kebun karet milik warga Natuna mulai ditinggalkan.
Kebun karet milik warga Natuna mulai ditinggalkan.

“Sekarang Rp 7000, ini sudah berlangsung lebih dari tiga tahun,” ucap Salmi belum lama ini.

Ibu tiga orang anak itu menerangkan, bahwa upah deres karet tersebut dibagi dua kepada pemilik kebun, dari total hasil penjualan karet.

“Ya kalau kita dapat delapan kilo, berarti empat kilo untuk kita, empat kilo lagi untuk yang punya kebun. Berarti kita hanya dapat Rp 28 ribu saja, sekali deres,” keluhnya.

Berdasarkan pantauan media ini dilapangan, banyak kebun karet milik petani yang tidak dideres atau disadap, lantaran harga karet belum kunjung naik. Bahkan saat ini pun masyarakat sudah mulai enggan untuk menanam karet, karena khawatir merugi.

Laporan : Erwin Prasetio

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *