Lintas Kepri

Inspirasi Masyarakat Kepri

Industri Tenaga Surya China Kalahkan AS dan UE

Jan 14, 2024
Ilustrasi Industri. (Foto Istimewa)

CHINA, Lintaskepri.com – Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) tidak dapat lagi bersaing dengan Cina, setelah biaya produksi modul surya di Cina turun sebesar 42% pada tahun 2023 menjadi $0.15 (sekitar Rp2.300) per watt.

Hal ini jelas-jelas memberikan keunggulan biaya kepada produsen asal Cina dibandingkan pesaing internasional, menurut Horizons, laporan terbaru konsultan energi dan sumber daya alam Wood Mackenzie.

Pada tahun 2023, penggunaan tenaga surya dalam negeri di Cina berjumlah dua kali lipat dibandingkan gabungan penggunaan tenaga surya di AS dan UE. Cina, yang memimpin produksi pembangkit tenaga listrik modul surya di dunia, kini menguasai 80% kapasitas produksi global. Menurut Wood Mackenzie, pembangkit listrik ini akan menjamin lebih dari 50% pasokan listrik global pada tahun 2050.

Biaya produksi di Cina lebih rendah

“Cina adalah produsen modul surya dengan biaya terendah di dunia. Harga modul surya dalam dolar per watt yang dihitung pada bulan Desember (2023) menunjukkan biaya produksi di Cina sebesar $0,15 jauh di bawah tingkat produksi di India ($0,22), Eropa ($0,30), dan AS ($0,40),” ujar Steven Knell, Wakil Presiden di Wood Mackenzie yang juga pakar energi dan energi terbarukan .

“Keunggulan biaya yang sangat besar yang dimiliki Cina menyiratkan bahwa upaya pesaing internasional untuk menggantikan pemasok lama Cina dalam rantai nilai energi terbarukan mungkin akan sia-sia,” kata Knell kepada DW.

“Prospek pasokan komponen yang tersedia di pasar adalah bullish mengingat perlombaan kapasitas yang sedang berlangsung. Namun, para pesaing sepertinya tidak akan menang dalam hal biaya. Cina telah memenangkan perlombaan kapasitas teknologi ramah lingkungan.”

Pada tahun 2022, tenaga surya mencakup 5% pembangkit listrik domestik Cina dan 13% dari total kapasitas terpasang.

“Sebuah studi mengenai industri fotovoltaik di AS dan Cina menunjukkan bahwa dominasi Cina dalam manufaktur panel surya tidak hanya didorong oleh tenaga kerja yang lebih murah dan dukungan pemerintah, tetapi juga oleh manufaktur skala besar dan manfaat rantai pasokan yang dihasilkannya,” menurut Knell.

UE dan AS telah membuat kemajuan besar dalam kebijakan energi terbarukan dalam dua tahun terakhir. Namun untuk mencapai masa kritis di sektor produksi modul surya, seperti di China, diperlukan penerapan komersial yang setara, kata banyak ahli. Dan menarik kapitalisme di negara yang tersentralisasi tampaknya lebih menawarkan keuntungan.(Dw)

Editor: Mfz

Bagikan Berita :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *