Lintaskepri.com, Tanjungpinang – Keputusan pemerintah mencoret pekerja ojek online (ojol) dari daftar penerima subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) menuai kecaman dari para pengemudi ojol di Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Kebijakan ini diumumkan langsung oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, yang menyebut bahwa ojol tidak memenuhi kriteria penerima subsidi BBM karena dianggap bagian dari sektor usaha swasta.
Menurut Bahlil, kendaraan yang digunakan pengemudi ojol merupakan fasilitas dari perusahaan, sehingga tidak perlu mendapatkan subsidi pemerintah.
Pernyataan tersebut dinilai keliru oleh komunitas ojol di Tanjungpinang, yang merasa keputusan ini menunjukkan ketidaktahuan pemerintah terhadap kondisi ekonomi pengemudi ojol.
Salah satu driver ojok di Tanjungpinang, Pay, menilai apa yang disampaikan bahlil adalah pernyataan yang keliru dan harus di koreksi.
Menurutnya, Menteri Bahlil tidak mengerti dan tak memahami bahwa ojol merupakan pekerjaan yang penghasilannya jauh di bawah rata rata penghasilan masyarakat pada umumnya.
Bahkan, ia meminta Menteri ESDM untuk mundur dari jabatan yang di emban, karena tak memahami permasalahan ekonomi masyarakat yang sesungguhnya.
“Bahlil itu tidak tau apa apa, dia tidak pernah terjun langsung menemui masyarakat, terkhusus kami para driver yang ada di seluruh Indonesia, betapa mirisnya kalau dilihat pekerja ojol saat ini,” ungkapnya kepada Lintaskepri.
Ketua Komunitas Bersama Gotong Royong Tanjungpinang ini juga berpandangan, sektor UMKM merasa terbantukan berkat adanya ojol online ini sebagai perantara antara konsumen dan pelaku usaha menengah. Sehingga sudah selayaknya para driver online juga mendapatkan hidup sejahtera.
Dia menolak jika driver ojol sejahtera karena punya pendapatan yang fantastis serta mempunyai kendaraan yang mahal dan baru.
“Kendaraan baru dan bagus itu merupakan tuntutan dari perusahaan, perusahaan gak mau terima driver kalau spesifikasi kendaraannya di tahun 2000, maka kami mau tak mau harus kredit motor,” jelasnya.
“Kalau dibilang menyusahkan ya susah, tapi mau bagaimana lagi, kita punya keluarga yang harus dihidupi,” tambahnya.
Ojol lainnya bernama Jay, mengatakan hal yang sama, dia berharap pemerintah punya solusi kebijakan yang pro rakyat dan bukan malah sebaliknya.
“Kami ini tidak sejahtera juga, masih jauh dari harapan, jadi harus betul betul dalam membuat kebijakan agar masyarakatnya tidak sejahtera,” imbuhnya. (Mfz)
Editor: Ism