Natuna, LintasKepri.com – Sejumlah warga di Desa Air Ringau, Kecamatan Serasan Timur, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), dilanda keresahan akibat ancaman abrasi pantai.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Desa Air Ringau, Salmedi, bahwa abrasi pantai yang menghantui warganya tersebut, sudah mulai mengancam 9 buah rumah dipesisir pantai di Desanya.
Bahkan kata dia, jika dibiarkan berlarut-larut, 9 buah rumah milik warganya tersebut, terancam ambruk, lantaran terkikis oleh gelombang air laut.
“Karena sembilan rumah tersebut berada dibibir pantai. Sementara pasir pantai mulai terkikis, dan membuat tiang rumah mereka jadi tak kuat,” kata Salmedi kepada lintaskepri.com, di Pelabuhan Serasan. Selasa (09/10/2018) siang.
Salmedi menuturkan, sebelumnya 2 buah rumah di Desanya juga nyaris ambruk akibat abrasi pantai. Namun hal itu bisa diatasi, lantaran pihaknya segera mendapatkan bantuan dari Pemerintah Daerah Natuna, melalui Dinas Pekerjaan Umum, untuk membuat tanggul pemecah ombak.
“Alhamdulillah tahun 2016 kami dapat pemasangan beton pemecah ombak sepanjang 200 meter. Akhirnya rumah disekitar tersebut saat ini sudah aman,” katanya.
Namun saat ini, masih ada sekitar 500 meter lagi, yang perlu untuk dilakukan pemasangan beton pemecah ombak di Desa tersebut.
Salmedi berharap kepada Pemerintah Daerah Natuna, agar kembali menggelontorkan dana untuk memasang beton pemecah ombak. Sehingga Desa yang dipimpinnya tersebut terhindar dari abrasi pantai, yang setiap saat dapat mengancam keselamatan warga.
“Kalau pas musim angin kencang, air laut itu bisa melebihi atap rumah warga. Sehingga air asin masuk membasahi ruang didalam rumah. Tapi kalau yang sudah dipasang pemecah ombak, tidak lagi mengalami hal tersebut,” bebernya.
Sebelumnya, pihaknya mengaku juga pernah mencoba mensiasati ancaman abrasi pantai tersebut, dengan menanam pohon mangrove (bakau) disekitar pantai. Namun akibat postur tanahnya yang berbatu dan berpasir, membuat tanaman penyumbang oksigen tersebut tak bisa berkembang biak.
“Karena tanaman bakau ini bisa hidup di tanah yang ada lumpurnya. Kalau di pasir yang berbatuan, dia tak mau hidup. Apalagi ditempat kami itu, batunya seperti kapur, jadi susah bakau untuk hidup,” terang Salmedi.
Saat ini pihaknya bersama warga hanya melakukan swadaya masyarakat, dengan memasang batu alakadarnya dibibir pantai. Berharap apa yang mereka lakukan dapat mencegah dan mengurangi abrasi pantai.
“Tapi hasilnya ya tidak bisa maksimal, karena batunya susah didapatkan. Belum lagi warga kami juga sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing,” ujarnya lagi.
Sementara itu, Kasi Pemeliharaan Jaringan Sumber Daya Air, Dinas PUPR Natuna, Heriansyah, mengatakan, pihaknya akan berupaya untuk melayangkan proposal kepada pihak Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) IV, Kementerian PUPR.
Namun, pihaknya meminta agar Kepala Desa Air Ringau dapat menyertakan dokumentasi sebagai bukti, bahwa benar di Desanya mengalami abrasi pantai yang cukup parah.
“Kalau dokumentasinya sudah lengkap, nanti InsyaAllah akan saya bantu mengajukan ke pihak BWSS. Karena kalau di Dinas PUPR, sekarang tidak lagi menangani masalah abrasi pantai. Jadi kami tidak bisa mengadakan proyek pemecah ombak,” terang Heriansyah, kepada media ini.
Sebelumnya Wakil Bupati Natuna, Hj. Ngesti Yuni Suprapti, juga sudah meninjau secara langsung, abrasi pantai yang terjadi di Desa Air Ringau, Kecamatan Serasan Timur. Hal itu dilakukannya disela-sela kunjungan kerja perdananya ke Kecamatan Serasan dan Serasan Timur.
Laporan : Erwin Prasetio