Terlihat Tenang, Tapi Sebenarnya Kewalahan? Waspadai Duck Syndrome

Lintaskepricom
Duck syndrome. Foto: Ilustrasi Pexels.

Lintaskepri.com, Tanjungpinang – Duck syndrome adalah kondisi psikologis di mana seseorang berusaha menampilkan citra diri yang sempurna di hadapan orang lain, meskipun sebenarnya sedang mengalami tekanan dan kesulitan.

Meskipun bukan gangguan mental, kondisi ini dapat menyebabkan stres berat dan berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik.

Orang dengan kondisi ini cenderung menutupi beban emosionalnya dengan tetap terlihat aktif dan produktif.

Mereka khawatir jika orang lain mengetahui bahwa hidup mereka tidak sempurna dan takut tidak mendapatkan pemahaman atau dukungan.

Istilah ini diambil dari analogi bebek yang tampak tenang mengapung di atas air, padahal di bawah permukaan kakinya terus mengayuh dengan cepat untuk tetap bertahan.

Kondisi ini dapat dipicu oleh beberapa faktor, seperti Harapan tinggi dari keluarga, sekolah, pekerjaan, atau komunitas.

Belum lagi, anggapan bahwa orang lain mencapai keberhasilan dengan mudah, ditambah dengab keyakinan bahwa jalan menuju keberhasilan seharusnya tanpa hambatan.

Situasi ini diperparah oleh pertumbuhan di keluarga atau sekolah yang menekankan nilai akademik dan pencapaian.

Selain itu, ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami kondisi ini, yakni:

  • Jenis kelamin perempuan (lebih rentan terhadap tekanan sosial dan ekspektasi tinggi).
  • Tingkat stres tinggi, misalnya akibat kritik atau tuntutan yang terus-menerus.
  • Gangguan mental seperti ADHD, gangguan kecemasan, dan depresi.
  • Pengalaman trauma seperti bullying, kekerasan fisik, verbal, atau seksual di masa lalu.
  • Pola asuh overprotektif, terutama dari orang tua dengan gaya helicopter parenting.
  • Standar kesuksesan tidak realistis di media sosial, seperti melihat teman sebaya sukses di usia muda.
  • Beradaptasi di lingkungan baru, seperti pindah kerja, masuk kuliah, atau merantau.

Individu dengan duck syndrome mungkin mengalami gejala berikut:

Rendahnya Kepercayaan Diri

  • Selalu membandingkan diri dengan orang lain.
  • Takut dikritik atau dinilai negatif.
  • Merasa tertinggal dan gagal memenuhi ekspektasi hidup.

Persepsi yang Salah terhadap Orang Lain

  • Berasumsi bahwa orang lain lebih bahagia dan sukses.
  • Berpikir bahwa orang lain sengaja menguji kemampuannya.
  • Jika tidak ditangani, duck syndrome dapat berdampak serius pada kesehatan mental dan kesejahteraan.

Individu yang mengalami duck syndrome berisiko mengalami perasaan kewalahan dengan tekanan hidup, berkurangnya kepercayaan diri dalam menghadapi tantangan, merasa kesepian dan perasaan terisolasi, cemas yang berlebihan, sulit fokus, dan mudah lupa.

Kemudian kerap kali menunda pekerjaan karena takut gagal, perubahan perilaku seperti menggigit kuku atau kebiasaan lain akibat stres, keluhan fisik seperti kelelahan, sulit tidur, mual, mulut kering, atau otot tegang.

Cara Mengatasi Duck Syndrome

Jika kamu mengalami duck syndrome, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan mental:

  • Konsultasi dengan ahli: Temui konselor, psikolog, atau pembimbing akademik di sekolah atau kampus.
  • Kenali kapasitas diri: Bekerja sesuai kemampuan dan menetapkan ekspektasi yang realistis.
  • Bangun self-love: Berhenti menilai diri hanya berdasarkan pencapaian.
  • Terapkan gaya hidup sehat: Konsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga, dan hindari rokok serta alkohol.
  • Luangkan waktu untuk diri sendiri: Lakukan aktivitas yang membuatmu rileks dan bahagia.
  • Ubah pola pikir menjadi lebih positif: Kurangi kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain.
  • Kurangi penggunaan media sosial: Hindari terpaku pada pencapaian orang lain yang bisa memicu tekanan berlebih.

Duck syndrome bisa berdampak serius jika tidak dikenali dan ditangani dengan baik. Dengan memahami penyebab, gejala, dan cara mengatasinya, kita dapat menjaga kesehatan mental dan menjalani hidup dengan lebih seimbang.(Bla)

Simak Berita Terbaru Langsung di Ponselmu! Bergabunglah dengan Channel WhatsApp Lintaskepri.com disini