Tanjungpinang, LintasKepri.com – Kurangnya jumlah pasokan dipasaran menjadi penyebab naiknya harga garam di Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Lonjakan harga pun mengalami kenaikan drastis.
Kepala Bidang Stabilisasi Harga pada Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Tanjungpinang, Anik Mulyani mengatakan, kelangkaan stok disebabkan karena cuaca ekstrim sehingga petani garam di Madura gagal panen.
Mendapat informasi minimnya jumlah garam, pihaknya langsung turun ke beberapa gudang dan distributor di Tanjungpinang untuk memastikan ketersediaan garam.
“Setelah kita turun langsung ke distributor Sumber Jaya di Jalan Pasar Ikan dan distributor Pak Darno, stok garam sudah kosong,” katanya usai meninjau ketersediaan garam, Jumat (28/7).
Kelangkaan ini, kata Anik, menyebabkan harga garam naik drastis yang biasanya dijual Rp3.000/Kg menjadi Rp7.000/Kg.
“Saat ini naik menjadi Rp7.000 perkilonya. Artinya naik sekitar 100 persen,” ungkapnya.
Untuk mengatasi kelangkaan tersebut, sambung Anik, distributor membeli stok garam ke Flores. Namun, menurutnya jika mengambil di Flores, NTT, membutuhkan waktu dua minggu. Selain itu juga, jauhnya jarak antara Flores dengan Kepulauan Riau, memakan proses panjang dan biaya yang cukup tinggi.
Oleh karena itu, pihaknya berencana berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes), Badan Pengawasan dan Obat Makanan (BPOM) untuk memfasilitasi iodisasi garam yang tidak beryodium diproses menjadi garam beryodium.
“Itu solusi jangka pendek yang kita tawarkan, kita juga akan berkoordinasi dulu ke pihak terkait seperti Dinkes dan BPOM Kepri,” tuturnya.
Anik memastikan stok garam yang ada masih cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Tanjungpinang selama dua minggu kedepan sembari menunggu datangnya garam yang dibeli dari Flores.
“Masih aman untuk dua minggu kedepan, kita cek di swalayan masih ada,” tegasnya.
(Iskandar)