Natuna, LintasKepri.com – Pandemi Corona Virus Disaese 2019 (Covid-19), telah menimbulkan dampak serius bagi seluruh negara di Dunia, termasuk Indonesia. Dampak yang ditimbulkan menyangkut permasalahan sosial, ekonomi dan lain sebagainya.
Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut terpuruk akibat pandemi Covid-19 ini. Dimana banyak industri yang mengurangi kegiatan industrinya, pabrik-pabrik tutup hingga pemberhentian sarana transportasi. Parahnya lagi, banyak karyawan yang harus kehilangan pekerjaan akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh pihak Perusahaan.
Bahkan Pemerintah disejumlah Daerah menerapkan pembatasan sosial secara besar-besaran hingga melakukan karantina wilayah atau lockdown. Belum lagi kebijakan Pemerintah yang menerapkan Work From Home (WFH) atau bekerja dari rumah, memaksa sebagian besar masyarakat harus kehilangan kesempatan untuk mengais rejeki. Padahal, dilain sisi mereka harus mampu bertahan hidup bersama keluarganya ditengah masa sulit.
Memang kita tidak bisa semata-mata menyalahkan Pemerintah. Sebab Pemerintah harus berjuang memutus mata rantai penyebaran Covid-19, agar situasi politik, sosial dan ekonomi kembali stabil. Dukungan dan kerjasama semua pihak sangat dibutuhkan oleh Pemerintah saat ini, demi memerangi virus yang berasal dari Negeri Tirai Bambu tersebut.
Perjuangan Satuan Kerja Khusus pelaksana kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memang patut kita apresiasi. Sebab, ditengah masa pandemi Covid-19 ini, lembaga yang dibentuk pada 10 Januari 2013 itu, tetap berkomitmen dan berusaha memberikan kontribusi bagi bangsa dan rakyat Indonesia.
Bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), SKK Migas tetap harus melaksanakan operasi usaha Hulu Migas, demi memberikan jaminan suplay energi untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Salah satunya adalah SKK Migas perwakilan Sumatera Bagian Utara (Sumbagut), yang tetap melakukan pengeboran minyak dan gas bumi diwilayah kerja Kepulauan Natuna dan Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), bersama KKKS yang terdiri dari Medco E&P Natuna Ltd dan Premier Oil Sea Natuna B.V.
Mungkin kita tak pernah menyadari, bahwa perjuangan Industri Usaha Hulu Migas ditengah “Badai” Covid-19 sangatlah berat. Banyak tantangan yang musti dilalui, baik secara Nasional maupun diwilayah kerja masing-masing.
Beberapa tantangan yang harus dilalui oleh pelaku Industri Hulu Migas ditengah pandemi Covid-19, diantaranya harus Meminimalisir Kru, Meminimalisir Mobilisasi, tetap Menjaga Protokol Kesehatan Covid-19, tetap harus Menjaga Produksi dan Lifting saat ini, tetap harus Mencari Sumber Cadangan Kedepan serta harus tetap Menjaga Standar Keamanan dan Keselamatan.
Padahal dengan segala pembatasan tersebut, mereka musti harus tetap memikirkan bagaimana kebutuhan logistik mereka bisa sampai tujuan dengan cepat dan tepat waktu. Bagaimana komponen itu bisa terbang ke lokasi. Bagaimana konstruksi itu bisa terpancang dengan kokoh sesuai desain.
Sementara pembatasan sosial musti dilakukan oleh setiap kru, demi mentaati protokol kesehatan Covid-19. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, membuat para karyawan kesulitan untuk berkomunikasi dengan baik dilapangan. Namun kendala itu harus tetap dihadapi bersama, agar operasional mereka bisa terus berjalan.
“Mereka (kru, red) harus selalu membawa hand sanitizer dan rutin mencuci tangan. Padahal mereka harus pegang baut, pegang tang, pegang kunci dan lain sebagainya, jadi mereka bingung. Ruangan kerja harus selalu disemprot secara berkala setiap saat. Itulah tantangan yang kita hadapi dilapangan,” tutur Pjs. Kepala SKK Migas perwakilan Sumbagut, Haryanto Syafri, beberapa waktu lalu.
Namun cobaan harus tetap dilalui bersama. Para karyawan yang bekerja di Industri Hulu Migas harus tetap berjuang agar sumur mereka tetap menyala, supaya NKRI mempunyai jaminan suplay energi setiap saat.
Pria yang juga menjabat sebagai Kepala Departemen Koperasi SKK Migas perwakilan Sumbagut itu menjelaskan, akibat pandemi Covid-19 ini, hampir setiap industri mengurangi kegiatan industrinya. Banyak pabrik yang tutup. Penerbangan banyak yang macet, kapal-kapal tidak berlayar dan beberapa jasa transportasi lain berhenti beroperasi. Hal itu memicu turunnya penggunaan bahan bakar minyak dan gas.
Atas turunnya kebutuhan industri dan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar, akan berlanjut sampai ke kilang. Kilang merupakan pabrik untuk mengolah minyak mentah menjadi petroleum yang bisa langsung digunakan. Sementara kilang mempunyai keterbatasan untuk menyimpan stok minyak mentah. Sehingga hal ini berujung pada menurunnya permintaan minyak mentah kepada SKK Migas dan KKKS.
“Artinya kami pun harus memperlambat pekerjaan kami. Namun bukan berarti sumur itu dimatikan. Sebab kalau sumur mati, kita akan butuh banyak waktu dan biaya besar untuk menghidupkannya kembali. Jadi ini tantangan yang cukup berat bagi kami,” jelas Pria Kelahiran Pekanbaru, 10 Januari 1972 tersebut.
Cobaan Covid-19, memaksa pihak SKK Migas dan KKKS menurunkan jumlah produksi, agar tidak ada bahan bakar dan stok minyak mentah yang terbuang. Namun dilain sisi mereka juga harus tetap berusaha mengoptimalkan produksi Migas, melalui penyelesaian pengembangan Sumur Buntal-5.
Selain itu, SKK Migas dan KKKS juga tengah melakukan upaya pencarian cadangan Migas yang baru, melalui beberapa pemboran eksplorasi. Pada tahun 2020 ini misalnya, KKKS melalui Medco E&P Natuna Ltd sedang melakukan 4 pemboran eksplorasi dengan nama Sumur Bronang-2 dan Kaci-2. Sementara untuk Sumur Terubuk dan West Belut-1, saat ini sedang dalam persiapan. Kemudian pada tahun 2021 mendatang, rencananya Premier Oil Sea Natuna B.V juga akan melakukan pemboran eksplorasi terhadap Sumur Kuda Laut-2 dan Singa Laut-2.
Meski diterpa “Badai” Covid-19, namun SKK Migas dan KKKS ternyata masih mampu mengejar target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia (RI). Pasalnya pada semester I tahun 2020 ini, SKK Migas berhasil memperoleh Migas Nasional di angka 1,7 juta barel perhari. Dengan rincian lifting minyak 713.000 barel perhari atau sekitar 95 persen dari target APBN. Sedangkan lifting gas bumi sebesar 5,6 juta standar kubik perhari, atau setara dengan 1 juta barel minyak perhari, atau 84 persen dari target APBN.
“Sebenarnya banyak tantangan yang dihadapi Industri Hulu Migas dimasa pandemi Covid-19 ini. Karena banyak pembatasan barang dan tenaga kerja yang harus kami ikuti. Namun kita harus tetap menjaga usaha Hulu Migas ini agar jangan sampai berhenti. Usaha itu cukup rumit bagi kami,” ujar Plt. Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Susana Kurniasih.
Berbicara Bakti SKK Migas untuk Negeri ini memang tak bisa diragukan lagi. Sebagai salah satu penggerak dan lokomotif pembangunan Nasional dan Daerah, keberadaan Industri Hulu Migas telah menciptakan Multiplier Effect bagi pembangunan dan peningkatan ekonomi masyarakat.
Dalam pelaksanaan Operasi Industri Hulu Migas, pola kemitraan selalu dilaksanakan, baik dalam skala pengembangan masyarakat maupun skala bisnis. Dalam pelaksanaan Program Pengembangan Masyarakat (PPM) misalnya, Usaha Hulu Migas selalu bermitra dengan masyarakat maupun organisasi dalam pelaksanaan dilapangan. Disisi bisnis operasional, pola kemitraan juga dilakukan dengan pengusaha-pengusaha lokal yang tersertifikasi.
Salah satu contoh PPM SKK Migas dan KKKS diwilayah operasi Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, yaitu dengan melaksanakan pembangunan Taman Bermain Anak di Pantai Kencana Ranai (sekarang Pantai Piwang), Bea Siswa, Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJUTS), bantuan Mobiler Taman Baca Enisa Murof di Batubi, Pelantar Rakyat di Kecamatan Pulau Laut, bantuan Benih Ikan Patin, Safari Ramadhan dan pembagian Paket Sembako, pembangunan Gazebo di objek wisata Gunung Gundul serta bantuan lain.
Kemudian dimasa pandemi Covid-19 tahun ini, SKK Migas dan KKKS juga telah menyalurkan bantuan sosial kemanusiaan berupa pembagian Paket Sembako, Alat Pelindung Diri (APD), Alat Kesehatan (Alkes), kegiatan Penyemprotan Disinfektan disejumlah fasilitas umum serta bantuan Suplemen Makanan bagi Masyarakat disejumlah Daerah di Indonesia yang terdampak pandemi Covid-19, salah satunya di Kabupaten Natuna dan Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau.
Perlu diketahui, 7 (tujuh) tahun SKK Migas berdiri sejak tahun 2013, SKK Migas selalu memberikan bantuan melalui beberapa program unggulan kepada Pemerintah Daerah dan Masyarakat Natuna. Diantaranya bantuan Program Kemasyarakatan Pendukung Operasi (PKPO), program Pengembangan Masyarakat (PPM), Bea Siswa Mahasiswa Natuna, Renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), Perbaikan Pelantar Rakyat dibeberapa Desa, Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJUTS), Mobil Pustaka Keliling Natuna, Bantuan Alat Telekomunikasi RAPI Ranai, Semenisasi Pantai Kencana (sekarang Pantai Piwang), Solar Cell, Pembangunan Taman Bermain Anak, Joging Track dan sarana Olahraga di Pantai Piwang, Bantuan Mobiler Taman Bacaan Enisa Murof Batubi, Pelatihan Jurnalistik dan Media Ghatering di Natuna, Bantuan Benih Ikan Patin, Bantuan Sembako bagi masyarakat terdampak Covid-19 dan sejumlah bantuan lainnya yang sangat membantu Pemerintah dan Masyarakat disekitar daerah operasi.
Bahkan ditahun sebelumnya dan tahun ini, SKK Migas dan KKKS juga turut berperan aktif membantu Pemda Natuna untuk memoles kawasan geosite Geopark Nasional Natuna, agar mampu meraih sertifikat UNESCO Global Geopark.
Beberapa jasa yang telah ditorehkan untuk “Berlian Diperbatasan Utara Indonesia” itu, diantaranya dengan membangun Landmark Geopark Natuna di Pantai Piwang Ranai, memasang Rambu-rambu penunjuk arah ke kawasan situs geosite Geopark Natuna, pengembangan fasilitas umum dilokasi situs Geopark, Papan Plang, Sosialisasi, Brosur tentang Geopark Nasional Natuna dan Pembangunan Gazebo di tempat wisata Gunung Gundul, yang akan didaftarkan bersama 20 kawasan Geopark Natuna lainnya ke UNESCO.
Laporan : Erwin Prasetio