Natuna, LintasKepri.com – Pada tanggal 29 November 2018, menjadi hari paling bersejarah bagi sektor pariwisata di Kabupaten Natuna. Pasalnya, daerah diujung utara NKRI itu, telah ditetapkan sebagai kawasan Taman Bumi atau Geopark Nasional, oleh Komite Nasional Geopark Indonesia (ADHOC).
Ditetapkannya Natuna sebagai kawasan Geopark Nasional, membawa angin segar bagi Kabupaten yang berdiri sejak tahun 1999 itu. Sebab, sebelumnya Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), telah menetapkan lima percepatan pembangunan bagi Daerah berjuluk Mutiara Diujung Utara tersebut. Diantaranya sektor Kelautan dan Perikanan, Pariwisata, Minyak dan Gas Bumi (Migas), Pertahanan dan Keamanan serta Lingkungan Hidup.
Bak gayung bersambut, dua tahun berselang Daerah yang dulunya bernama Pulau Tujuh itu, dianugerahi sertifikat Geopark Nasional oleh Komite Nasional Geopark Indonesia, bersama 8 (delapan) tempat lain di Indonesia. Yaitu Pongkor di Jawa Barat, Karangsambung-Karangbolong Jawa Tengah, Meratus Kalimantan Selatan, Ranah Minang Silokek, Sawahlunto dan Ngaraisianok-Maninjau di Sumatera Barat, Natuna Kepulauan Riau serta Banyuwangi Jawa Timur.
Geopark Nasional Natuna sendiri memiliki 8 (delapan) kawasan situs geosite. Diantaranya Pantai Batu Kasah, Pulau Akar, Pulau Senoa, Pulau Setanau, Tanjung Senubing (Batu Sindu), Tanjung Datuk, Pantai dan Goa Kamak serta Gunung Ranai.
Menyandang status Geopark Nasional, tak lantas membuat Pemerintah Daerah setempat berpuas diri. Melalui Badan Pengelola Geopark Natuna, Pemerintah Daerah bernafsu untuk menggenjot Geopark Nasional Natuna merangsek masuk didaftar Global Geopark Network (GGN) UNESCO, menyusul Danau Batur, Gunung Sewu, Gunung Rinjani, Ciletuh dan Kaldera Toba, yang telah lebih dulu menyabet sertifikat UNESCO Global Geopark dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan Dunia tersebut.
“Kita ingin Geopark Nasional Natuna ditingkatkan statusnya, hingga berhasil mendapat sertifikat UNESCO Global Geopark,” tutur Wakil Ketua I BP Geopark Natuna, Hardinansyah, beberapa waktu lalu.
Namun apalah daya, sebagai Daerah yang baru menginjakkan usia ke 21 tahun, Natuna masih “terseok-seok” jika harus fokus hanya pada pengembangan Geopark Nasional Natuna menuju UNESCO Global Geopark. Sebab, masih banyak Pekerjaan Rumah (PR) Pemerintah Daerah untuk melakukan pemerataan pembangunan sarana dan prasarana vital bagi menunjang kesejahteraan masyarakatnya.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Mungkin pepatah tersebut sangat cocok disematkan pada nasib Geopark Nasional Natuna. Pasalnya dikala BP Geopark Natuna mulai memupus harapan, Satuan Kerja Khusus pelaksana kegiatan usaha hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) wilayah Sumatera Bagian Utara (Sumbagut), hadir membawa asa.
Dengan menggandeng Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) wilayah kerja Kepulauan Riau beserta Konsorsium perusahaan Migas seperti Medco E&P Natuna Ltd., dan Premier Oil Sea Natuna B.V., SKK Migas mencoba “Mendayung” Geopark Nasional Natuna menuju GGN UNESCO. Melalui program Corporate Social Responcibility (CSR), lembaga yang berdiri sejak 10 Januari 2013 itu berusaha mendadani “Berlian Di Perbatasan Utara Indonesia” itu, supaya mendapatkan pengakuan resmi dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Budaya Dunia yang bernaung dibawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut.
“Alhamdulillah, SKK Migas dan KKKS berperan aktif memfasilitasi pengembangan Geopark Nasional Natuna. Mereka sangat mendukung kawasan Taman Bumi kita agar Go Internasional,” sebut Hardinansyah, yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Natuna.
Saat ini pihaknya tengah mengupayakan berbagai persiapan, agar dapat memenuhi persyaratan menjadi bagian dari UNESCO Global Geopark. Salah satunya dengan menyiapkan 20 site Geopark lagi untuk didaftarkan ke GGN UNESCO.
Bentuk dukungan konkrit SKK Migas terhadap pengembangan Geopark Natuna, yaitu dengan memberikan bantuan berupa pembangunan Landmark Geopark Natuna, Sosialisasi Geopark, Pengembangan Fasilitas Umum, pembuatan Rambu-Rambu di kawasan situs Geopark, Papan Plang serta Brosur tentang Geopark Natuna.
Tak tanggung-tanggung, diperkirakan milyaran rupiah telah dikucurkan SKK Migas, demi mendongkrak popularitas situs Geopark di Bumi Laut Sakti Rantau Bertuah.
“Kita akan terus berupaya semaksimal mungkin, untuk berkontribusi bagi pengembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah penghasil. Salah satunya mendukung pengembangan Geopark Natuna,” tutur Pjs. Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut, Haryanto Syafri, belum lama ini.
Pria kelahiran Pekanbaru, 10 Januari 1972 itu menambahkan, bahwa saat ini pihaknya bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Natuna sedang membahas mengenai kegiatan apa saja yang akan dilakukan, demi pengembangan Geopark Natuna kedepan. Sebab pihaknya ingin wisata Natuna dapat mendunia, supaya mampu memberikan efek domino bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat.
“Masih dalam pembahasan bersama Pemda Natuna. Ini belum final. Intinya kita ingin wisata Natuna Go Internasional,” tandas Haryanto Syafri, yang saat ini juga masih menjabat sebagai Kepala Departemen Koperasi SKK Migas perwakilan Sumbagut.
Dalam kesempatan yang sama, Senior Manager Government Affairs Premier Oil Indonesia, Buyung Heru Satria, menyebutkan, bahwa pihaknya berharap pengembangan Geopark Natuna dapat menjadi sumber ekonomi baru, yang selaras dengan seleksi alam, lingkungan hayati dan budaya lokal, yang merupakan modal besar dalam mendukung Geopark Natuna.
“Jika terus dikembangkan dan dikelola dengan maksimal, Geopark Natuna berpeluang naik kelas menjadi situs Geopark Dunia dibawah UNESCO,” tegas Buyung Heru Satria.
Jasa SKK Migas bagi daerah operasi usaha hulu minyak dan gas bumi, khususnya di Kabupaten Natuna, memang bukan kali ini saja. Tujuh tahun berdiri, lembaga ini terus memberikan kontribusi bagi daerah yang berpenduduk sekitar 81 ribu jiwa tersebut.
Data yang berhasil dihimpun oleh lintaskepri.com sejak tahun 2013, SKK Migas selalu memberikan bantuan melalui program CSR kepada Pemerintah Daerah dan Masyarakat Natuna.
Diantaranya bantuan Program Kemasyarakatan Pendukung Operasi (PKPO), bantuan Program Tanggung Jawab Sosial (TJS), Program Pengembangan Masyarakat (PPM), Bea Siswa bagi Mahasiswa Natuna, Renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), Perbaikan Pelantar Rakyat disejumlah Desa, Solar Cell, Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJUTS), Mobil Pustaka Keliling Natuna, Bantuan Alat Telekomunikasi RAPI Ranai, Semenisasi Pantai Kencana (sekarang Pantai Piwang), Pembangunan Taman Bermain, Jogging Track dan Olahraga di Pantai Piwang, Bantuan Mobiler Taman Bacaan Enisa Murof, Pelatihan Jurnalistik Natuna, Bantuan Benih Ikan Patin, Bantuan Sembako bagi masyarakat terdampak Covid-19 dan sederet bantuan lainnya yang sangat bermanfaat bagi Daerah dan Masyarakat setempat.
Laporan : Erwin Prasetio