Natuna, LintasKepri.com – Hari ini, Kamis 07 November 2019, siswa-siswi dari 8 Sekolah tingkat SD, SLTP dan SLTA sederajat yang ada di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) harus melakukan aktifitas belajar diluar kelas.
Ternyata hari ini merupakan Peringatan Hari Anak Internasional tahun 2019. Untuk itu, sejumlah sekolah di lebih dari 20 negara di Dunia, termasuk Indonesia, menggelar aksi Sehari Belajar Diluar Kelas atau Out Door Classroom Day (OCD).
“Kegiatan ini dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia. Untuk di Natuna sendiri, ada 8 dari 13 sekolah ramah anak yang menggelar aksi ini,” terang Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos PPPA) Natuna, melalui Sekretaris Dinsos PPPA Natuna, Yulisnawati.
Kata Yulisnawati, aksi Sehari Belajar Diluar Kelas atau OCD, adalah hari untuk menginspirasi pembelajaran diluar kelas. Hal ini merupakan bentuk kampanye global aktifitas belajar dan bermain diluar kelas, bagi para siswa-siswi.
“Kegiatan ini bertujuan untuk mencapai pendidikan melalui proses pembelajaran yang lebih menyenangkan,” jelas Yulisnawati.
Aksi Sehari Belajar Diluar Kelas itu, lanjut Yulisnawati dilakukan dengan mengintegrasikan proses pembelajaran secara nyata dan berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan cinta tanah air, serta kreatifitas dalam upaya penguatan pendidikan karakter, yang melibatkan sejumlah stakeholder pendidikan, baik ditingkat pusat maupun daerah.
“Kegiatannya berlangsung selama tiga jam. Yang meliputi sarapan sehat bersama, pemeriksaan lingkungan, membaca buku diluar kelas, senam germas, simulasi evakuasi bencana alam, permainan tradisional, deklarasi sekolah ramah anak, pelantikan tim sekolah ramah anak serta sejumlah kegiatan positif lainnya,” terangnya.
Yulisnawati menambahkan, kegiatan yang dimotori oleh Dinas Sosial PPPA Natuna itu, dilakukan untuk memenuhi tujuan agar anak dapat menerapkan dan berperilaku yang memenuhi 9 unsur pendidikan dasar. Diantaranya pembentukan karakter positif, iman dan taqwa, perilaku hidup bersih dan sehat, adaptasi perubahan iklim, permainan tradisional, cinta tanah air, gerakan literasi, pengurangan resiko bencana dan mendorong satuan pendidikan menjadi sekolah ramah anak.
“Kami berharap dengan adanya kegiatan ini, dapat menjadi acuan bagi satuan pendidikan dalam hal pemenuhan hak-hak anak, sebagai cikal bakal terwujudnya sekolah ramah anak,” pungkas Yulisnawati.
Kegiatan tersebut juga melibatkan Satuan Tim dari Kantor Pencarian dan Pertolongan atau Basarnas Natuna, untuk memberikan materi tentang simulasi evakuasi bencana alam, yang disajikan dalam bentuk lagu dan gerakan.
Laporan : Erwin Prasetio