Natuna, LintasKepri.com – Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang berada di ujung utara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang juga diapit oleh beberapa Negara di Asia tersebut, memang sangat rawan terjadi pelanggaran kedaulatan yang dilakukan oleh bangsa asing.
Terlebih, Kabupaten yang 99,25 persen dari total wilayahnya berupa lautan tersebut, memiliki sumberdaya alam (SDA) yang sangat melimpah, terutama disektor minyak dan gas (Migas) serta Kelautan dan Perikanannya. Bahkan, daerah yang berada di Laut Natuna Utara itu, digadang-gadang memiliki cadangan Migas terbesar se Indonesia, bahkan se Asia.
Untuk itu bukan tanpa alasan, jika kedalautan NKRI di daerah yang berbatasan dengan Laut Tiongkok Selatan itu, acapkali menerima gangguan dari negara asing, terutama Kapal Ikan Asing (KIA) yang melakukan illegal fishing disekitar perairan Natuna.
Demikian diungkapkan oleh Komandan Lanal Ranai, Letkol Laut (P) Harry Setyawan, SE., diatas Kapal Republik Indonesia (KRI) Abdul Halim Perdanakusuma (AHP) 355, saat melakukan coffe morning bersama insan pers Natuna. Sabtu (03/03/2018) siang.
Harry menerangkan, Natuna merupakan pagar laut Negara Indonesia disebelah utara, yang perlu dijaga dengan kekuatan maksimal. Hal ini untuk mengamankan Zone Economic Exclusive (ZEE), dari pencurian ikan oleh KIA.
“Kalau Indonesia ini rumah, Natuna ini adalah pagarnya. Jadi kalau ada gangguan kedaulatan NKRI, pasti pagarnya dulu yang diserang. Untuk itu perlu adanya peningkatan keamanan disini,” ujar Harry.
Perwira Melati Dua Senior itu mengatakan, seharusnya minimal terdapat 3 hingga 4 buah KRI dengan ukuran besar, yang musti di stanby kan di sekitar Laut Natuna Utara. Apalagi kata dia, Kapal Patroli KAL Panda II/4-24, yang biasa dipakai untuk menyisir sekitar laut Natuna, kondisinya sudah cukup memprihatinkan. Kecepatannya hanya tinggal sekitar 10 knot dan tanpa dilengkapi radar.
“Namun sudah ada KAL Sengiap yang sekarang berada di Pos AL Penagi. Satunya lagi KAL Bunguran, yang masih dalam proses pembuatan,” kata Harry.
Letkol yang dikabarkan akan naik pangkat menjadi Kolonel pada bulan April mendatang itu menambahkan, bahwa dalam waktu dekat ini, juga akan distanby kan 1 unit kapal selam di Faslabuh TNI AL di Selat Lampa, untuk menunjang fasilitas pertahanan di sekitar Laut Natuna Utara.
Dikatakannya, Indonesia saat ini sudah memiliki 4 buah kapal selam, 1 diantaranya masih berada di Korea.
Saat ini, pihaknya mengaku tengah fokus menangani kasus pelanggaran kedaulatan NKRI dan aktivitas pencurian ikan oleh KIA.
“Intensi yang sangat tinggi di Laut China Selatan, mengharuskan kita untuk menaruh perhatian besar kepada Laut Natuna Utara. Makanya kekuatan pertahanan di Natuna baik Laut, Udara dan Darat terus ditingkatkan,” ujar Danlanal Ranai yang baru dilantik Februari lalu.
Harry membeberkan, ternyata masih ada Negara Asing yang secara sembunyi-sembunyi melaksanakan latihan di sekitar perairan Natuna.
“Negara tersebut memilki banyak kapal selam canggih dari kita, namun tidak memiliki laut dalam. Kalau nggak latihannya di perairan Natuna, mau latihan dimana,” bebernya, tanpa menyebutkan Negara mana yang dimaksud.
Sementara itu Komandan KRI AHP 355, Letkol Laut (P) Tunggul menjelaskan, bahwa KRI yang berada dibawah komandonya itu, sudah berusia 51 tahun. Kendati demikian, kemampuan berperang yang dimiliki oleh KRI tersebut tidak perlu diragukan lagi.
“Namun senjata, seperti rudalnya masih baru, peralatan sensornya juga masih baru, jadi tidak perlu diragukan lagi,” kata Tunggul.
Usai melaksanakan coffe morning, Danlanal beserta rombongan menyempatkan diri untuk meninjau Pos AL di Sabang Mawang Barat, Kecamatan Pulau Tiga, sembari menikmati hidangan makan siang.
Laporan : Erwin Prasetio