Aku bangga tinggal disini,
Disebuah Negeri yang kaya raya akan hasil alamnya.
Aku akan selalu betah tinggal disini,
Disebuah Negeri yang ramah tamah penduduknya.
Aku sangat bersyukur berkesempatan hidup disini,
Disebuah Negeri yang memberikanku banyak peluang mengais rizki.
Namun itu dulu,
Ya, dulu yang telah berlalu.
Semua harapan indah tertinggal di masa lalu.
Sekarang jangankan mewujudkan mimpi yang lalu,
Untuk kembali bermimpi pun aku ragu.
Kaki pun seakan enggan untuk berpijak.
Lalu ku ceritakan ini pada yang lain,
Mereka justru menjawab dengan air mata.
Ternyata baru aku sadari,
Cerita mereka juga tak lebih baik dari diriku.
Lebih dari separuh penduduk di Negeri ini meronta,
Meskipun sebagian diantaranya masih sanggup tertawa.
Kupejamkan mata dan bertanya,
Oh Negeriku, mengapa kau menjelma bak Neraka,
Membiarkan penghunimu menjerit tanpa daya.
Demi perut,
Mereka rela menenggelamkan sahabat bahkan keluarga.
Jangankan untuk menuntut hidup sejahtera,
Dapat menyambung nyawa pun terasa luar biasa.
Oh Negeriku,
Masih sanggupkah engkau menyaksikan penghunimu ?
Negeriku seakan menjawab tanyaku dengan tanya,
“Mengapa engkau tak menanyakannya pada Penghuniku dan Imamnya ??”
Erwin Prasetio,
Natuna, 10 November 2015.