Melestarikan Budaya Natuna Lewat Program ‘Dendang Piwang’

Avatar
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Natuna, Said Muhammad Fadly.
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Natuna, Said Muhammad Fadly.

 

NATUNA  ,Lintaskepri.com – Perkembangan jaman semakin maju membuat kaula muda lupa akan permainan tradisional yang selama ini menjadi kebanggaan bagi daerah itu sendiri.

Melihat kondisi ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Natuna membuat program merangkul semua desa dan kecamatan agar aktif menggelar permainan rakyat, dinamai Dendang Piwang.

Hal ini guna menghidupkan kembali permainan rakyat dan budaya agar generasi penerus bangsa tidak melupakannya.

Demikian disampaikan Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Natuna Said M Fadlly, saat dikonfirmasi wartawan diruang kerjanya, Rabu ,22/11/2023.

Dikatakannya, generasi muda sekarang tidak lagi menggemari permainan tradisional daerahnya sendiri. Mereka lebih banyak bermain hp.

Melihat itu, maka kita mulai merangkul kepala desa dan camat agar melakukan kegiatan tradisional minimal dalam 1 bulan 3 kali. Ini untuk pelestarian budaya.

Selain itu kegiatan ini juga sebagai ajang silahturahmi masyarakat dengan Pemkab Natuna.Intinya potensi budaya desa harus dilestarikan. Karena budaya itu merupakan aset berharga.

“Kita lihat tradisi di desa sudah ditinggalkan oleh anak anak. Dengan adandanyakegiatan ini lambat laun dapat termotivasi anak-anak. Oleh sebab itu peran orang tua dan budayaan harus kita libatkan,” ucap Said.

Jika kita lihat, generasi muda sekarang ini, tidak ada lagi yang suka bermain Gasing, maupun main Alu. Setiap ada kegiatan yang main hanya orang tua saja. Jika tidak kita perkenalkan kepada mereka lambat laun permainan dan budaya ini bisa punah dimakan jaman.

Permainan gasing hanya diminati orang dewasa

 

Langkah yang kami tempuh saat ini, kata Said, menyediakan permainan ini disekolah. Sehingga ada ketertarikan anak anak terhadap budayanya.

Ditambahkan Said, bahwa program ini telah dilaksanakan sejak lama namun sipatnya masih kecil, tetapi tahun 2023 kita geser ke desa dan minta seluruh kepala desa dan camat, agar berkolaborasi dengan Disdikbud Natuna untuk melaksanakan permainan ini.

“Tahun depan program ini kita lanjutkan ,’” tambahnya.

Said juga mengaku jika program ini tidak di fokuskan disekolah terapi lambat lain akan mengarah kesana juga. Sebab menjaga kelestarian budaya itu sangat penting.

“Tujuan kita turun ke desa untuk mengingatkan kembali agar kepala desa dan camat ikut berperan, kami siap membantu jika ada desa yang mau ikut berkolaborasi,” ucapnya.(Lk/Herry)

banner 728x90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *