Tanjungpinang, LintasKepri.com – Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Kelompok Diskusi Anti 86 mendesak penegak hukum agar menyelidiki harga pada proyek paket sembako murah yang dilaksanakan Disperdagin Tanjungpinang.
Dilansir dari Antara, Ketua Kelompok Diskusi Anti 86, Ta’in Komari, di Tanjungpinang, Senin, mengatakan harga paket itu membengkak, tidak sesuai dengan harga pasar.
Harga satu paket yang dibeli Pemkot Tanjungpinang senilai Rp123.000. Kemudian Pemkot Tanjungpinang menyubsidi Rp63.000/paket, sehingga satu paket yang dijual kepada masyarakat senilai Rp60.000.
Satu paket berisi telur 30 butir, gula pasir 2 kg, tepung terigu 2 kg, dan 1 liter minyak goreng merek Fortune.
“Harganya terlalu tinggi. Bahkan hasil penelusuran kami, harga untuk satu paket tidak mencapai Rp105.000,” katanya.
Ia mencontohkan, Swalayan Pasar Raya 21 Tanjungpinang menjual harga 1 liter minyak goreng eceran Rp13.500, 30 butir telur Rp46.000, gula pasir 2 kg Rp27.000 dan tepung terigu 2 kg Rp15.800.
Total harga barang-barang yang dijual di swalayan terbesar di Tanjungpinang itu Rp102.300.
Kalau pembelian dalam jumlah yang banyak, kata Ta’in, harga telur, gula pasir, tepung terigu dan minyak goreng dapat lebih murah.
“Lantas kenapa dibeli dengan harga Rp123.000. Ini aneh. Seharusnya, ketika pendapatan daerah terjun bebas, pemerintah membeli barang dengan harga yang lebih murah,” ujarnya pula.
Menanggapi persoalan itu, Sekda Kota Tanjungpinang Teguh Ahmad Syafari, mengatakan paket itu untuk meringankan beban masyarakat.
Kegiatan itu dilaksanakan setiap tahun menggunakan anggaran daerah. Tahun ini disediakan 12 ribu paket yang dibagikan mulai hari ini di kantor kelurahan dan Disperdagin Tanjungpinang.
Keinginan kepala daerah, seluruh swalayan dilibatkan dalam kegiatan itu. Secara teknis, kegiatan itu dilaksanakan Disperdagin Tanjungpinang.
“Saya akan periksa apakah ada selisih harga yang jauh atau tidak dalam pembelian paket tersebut,” tuturnya lagi.
Sejumlah warga mulai mempersoalkan harga paket tersebut. Mereka merasa kecewa dan meluapkan kekesalannya di media sosial.
(sumber: Antara)