Diantara Butir Hujan
Ada yang remuk diantara butir hujan
menabur dingin untuk bumi yang retak
pucuk-pucuk dahan menengadah
kepada Ar-Rahman saja lah berkeluh kesah
ada yang hilang diantara ruang dan waktu
jalan pulang teramat panjang
pergantian musim menitah kembali
setelah sekian lama mengingkar ikrar
napas-napas kian memberat
merenggut usia yang semakin larut
biduk-biduk pelayaran tertambat
sudah petang, lantunan azan bersahut
saatnya kembali pada kalimat-kalimat Nya.
Sedarat Baru, 10 Juni 2018
Perempuan Itu Menekuk Lutut
Perempuan itu menekuk lutut
mata basahnya menghujani dada
merintih pada sisa pekat malam
tersungkur mengukur dosa
perempuan yang di hatinya masih gerimis itu
menyisakan benih-benih sesal
seumpama payung menyekat dari hujan gelap hidupnya
mata pinta basah itu masih tengadah
menggantung di pucuk pipinya merah
isaknya menggelegar
menggoncang menembus arasy terdengar
ia masih menekuk lutut
ketika sendu dan rindu beradu
bergemuruh syahdu simpuh dihadap Tuhan
ia kembali dalam pelukan abadi
Sedarat Baru, 10 Juni 2018
Kau Gadang Duka
Jalan retak yang kau susuri
menyeruak … bau debu sepanjang jalan kembali
menguap, menakar didih ubun
udara yang kau hirup dari sisa-sisa pedih
kau kembali menyusuri senja merah itu
rumah yang kau tuju, kau gadang duka
sinarnya meredup, remang dan hilang
lelah memikul salah
belum sempat untuk bertaubat
sementara napas telah menguning
Sedarat Baru, 10 Juni 2018
Yudhianto Mazdean, penyuka kata dan perindu senja.