Tanjungpinang, LintasKepri.com – Dari hasil hitung-hitungan yang dikemukakan oleh Direktur Utama (Dirut) Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kota Tanjungpinang, Asep Nana Suryana, BUMD hanya memperoleh keuntungan bersih Rp 32.150.000 pertahun dari 8 aset yang dimiliki.
“Artinya dapat dikatakan rugi. Bayangkan saja, dari 8 aset yang terdiri dari 4 pasar yakni Pasar Bintan Center, Pasar Potong Lembu, Pasar Baru 1, Pasar KUD, dan 4 akau yakni Anjung Cahaya, Akau Potong Lembu, Ocean Corner dan Melayu Square tepi laut hanya bernilai segitu,” kata Asep Nana Suryana di ruang rapat Kantor BUMD Jalan Potong Lembu, Kelurahan Kemboja, Kecamatan Tanjungpinang Barat, Sabtu (27/2) siang.
Jumlah tersebut, kata dia, sudah dikurangi biaya tak terduga hingga pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh pihak BUMD.
Sedangkan keuntungan dari tarif harian yang dibayar oleh pedagang kuliner berjualan diatas lahan aset BUMD masih juga dirasa kurang. Seperti tarif di Akau Potong Lembu, mengalami kenaikan Rp 3 ribu dari Rp 10 ribu menjadi Rp 13 ribu, sebelumnya telah disosialisasikan sama halnya dengan tempat aset BUMD lain.
“Kenaikan tarif harian sudah dilakukan sosialisasi terlebih dahulu di tempat lain termasuk di Akau Potong Lembu,” katanya.
Asep menjelaskan, ini dilakukan mengingat dapat menambah keuntungan. Karena tarif lama dikalkulasikan masih belum mencukupi berhubung harus membayar tagihan listrik, air, dan biaya kebersihan.
“Sebagai contoh di Akau Potong Lembu, dari hasil hitung-hitungan kita, mulai Maret mendatang, BUMD bisa memperoleh keuntungan sebesar Rp 17.630.000 perbulan. Artinya mengalami kenaikan yang sebelumnya hanya Rp 13.702.000 perbulan. Sedangkan keuntungan BUMD pertahun sebelum kepemimpinan saya, hanya sebesar Rp 32.150.000 pertahun,” ungkapnya.
Minggu depan, tutur Asep, pihaknya akan membenahi Akau Potong Lembu. Dirinya menilai ada persaingan tak sehat di Akau Potong Lembu.
“Setelah saya lihat ada persaingan tidak sehat di Akau Potong Lembu (monopoli). Sebab kursi dan meja pedagang tidak ada yang sama jumlahnya. Ada sebanyak 6 meja dan ada pula yang memiliki 10 meja bahkan ada yang puluhan. Inilah akan kita benahi nantinya,” janji Asep.
Selain itu, kata dia lagi, BUMD bukan mencari keuntungan dari seluruh aset yang dimiliki. Akan tetapi dirinya selaku pimpinan tengah mencari solusi guna mencari untung ditempat lain agar BUMD tidak bankrut.
“Semua ini saya lakukan buat kepentingan pedagang, dan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat disamping keuntungan,” tutupnya.
Sementara, pedagang melalui Ketua Harian Persatuan Pedagang Kuliner Akau Potong Lembu (P2KAPL), Aliasar mengatakan, pada intinya para pedagang tidak mempermasalahkan dengan kenaikan tarif. Namun, tidak menaikan tarif begitu saja sehingga menimbulkan polemik ditengah pedagang.
“Kami (pedagang,red), tidak menyalahkan kenaikan tarif. Pedagang berharap tolong ditata Akau Potong Lembu ini supaya terlihat rapi. Begitu juga dengan sampah yang menumpuk di sejumlah tempat, tolong di bersihkan,” tegas Aliasar. (Afriadi)