Ketahuilah, aku masih merangkak,
Pahamilah, berdiri pun aku belum mampu.
Jangan kau paksa aku untuk berlari,
Berlari mengejar mereka yang menunggangi kuda.
Usahlah kau iri terangnya surya di siang hari,
Sementara kita berada di waktu subuh menanti pagi.
Apa kau tak percaya kita akan melawatinya hingga senja,
Lalu bertemu gelapnya malam untuk kita menutup mata.
Menolehlah, dermaga kita masih tampak jelas di depan mata,
Pertanda, bahtera kita baru saja bergerak menuju samudera.
Alunan gelombang kecil tepi pantai baru kita rasakan,
Sementara badai besar ditengah samudera menunggu kita tuk bertahan.
Percayalah, kita diikat hingga satu abad,
Meski baru seutas benang yang melilit kita.
Jangan pikirkan tentang rantai mereka yang terputus,
Pikirkanlah langkah kita seirama, agar benang ini tetap kuat bertahan.
Kau berpikir tentang surga sementara ?
Aku pun sama !!
Kau berpikir untuk dapat takhlukkan dunia ?
Aku pun sama !!
Kau lelah menadah untuk diberi dan ingin memberi ?
Aku pun sama !!
Kau ingin terlepas dari situasi yang membelasah otak kita ?
Aku pun sama !!
Arah dan tujuan kita sama,
Tuntunlah aku dan mari melangkah bersama seirama.
Hari ini kita bercerita tentang kebahagiaan mereka,
Yakinlah, suatu saat nanti mereka akan bercerita tentang kebahagiaan kita.
Hari ini kita bermimpi memiliki apa yang mereka punya,
Kelak mereka pula yang bermimpi memiliki apa yang kita punya.
Percayalah, bukan hanya hari ini kita ada.
Namun esok kita juga akan menjumpainya,
Hingga nanti dimana kita harus terhenti, dan abadi selamanya.
Erwin Prasetio,
Natuna, 09 Juni 2017.