Tanjungpinang, LintasKepri.com – Gobang adalah salah satu dari sekian banyak kesenian daerah di Kecamatan Jemaja. Permainan ini sudah ada sejak dulu pada zaman pemerintahan Amir Dikewidanan Pulau Tujuh.
Lahirnya kesenian asli di tanah jemaja di mulai dari sebuah permainan yang penuh dengan kehidupan mistis (makhluk halus).
Selain itu juga, Gobang adalah suatu permainan yang dilakukan oleh para makhluk halus orang Bunian pada zaman terdahulu.
Permainan Gobang ini dilaksanakan pada malam hari hingga fajar menyinsing yang semulanya bertujuan untuk acara ritual sebuah pengobatan.
Seiring perkembangan zaman dan pergantian waktu, permainan Gobang telah berubah menjadi sebuah kesenian.
Ketua Ikatan Keluarga Kepulauan Jemaja (IKAJA) Saparilis, mengatakan permainan kesenian Gobang ini telah berusia kurang lebih 500 tahun. Kata dia pemain-pemain yang ada sekarang ini adalah generasi ke lima.
“Pada zaman penjajahan Belanda, penari Gobang juga mengalami perubahan dan pembaharuan yang dilihat dari cara berpakaian dan pola tariannya. Cara berpakaian dan pola tarian penari Gobang lebih dikenal dengan istilah Topeng Ka. Mereka mamakai topeng yang menyerupai bentuk makhluk dan tariannya tidak beraturan seperti yang pernah mereka lihat dari lahirnya kesenian Gobang ini,” paparnya.
Istilah kedua adalah Topeng Bangkung, sejenis topi yang sering dipakai oleh orang-orang kolonial pada zaman penjajahan Belanda.
Pakaian penari Gobang sedikit lebih rapi dan kelihatan gagah namun wajah penari tetap tersembunyi di balik sehelai selendang yang menutupi wajah mereka serta gerak tarinya lembut dan tertata rapi.
Perubahan dan pembaharuan baik cara berpakaian dan pola tariannya mengubah perasaan takut bagi orang yang melihat permainan Gobang ini menjadi senang.
“Dan permainan kesenian Gobang telah menjadi sebuah pertunjukan seni dan hiburan di saat ada hajatan (pesta perkawinan) di Kecamatan Jemaja,” kata Saparilis, Rabu (17/5).
“Alat musik Topeng Ka tidak terbatas. Alat musik ini digunakan oleh para penari Topeng Ka ketika mereka dalam perjalanan dari tempat berpakaian menuju pentas Gobang. Jarak dari tempat mereka mengenakan pakaian ke pentas Gobang adalah kurang lebih 100 meter atau lebih, melihat situasi dan kondisi tempat mereka bermain,” paparnya.
Sepanjang jalan inilah, sambung Saparilis, mereka memainkan permainan alat musik seperti Tempurung Pekak, Tali Asuk, Serunai Bansi, Gendang Meruas, Harmonika, Alkodian Kecil, Peluit Panjang dan Canang. Dalam perjalanan, mereka menari-nari sampai ke pentas.
Setelah di pentas, menari mengikuti irama gendang Gobang. Alat-alat musik mereka tidak lagi dimainkan dalam perjalanan menggunakan alat penerang atau suluh yang disebut Kijai.
Kijai terbuat dari abuk kayu yang kering kemudian di campur dengan minyak kering yang kental, kemudian dibungkus dengan daun palah sejenis daun pinang yang pendek dan bulat, banyak tumbuh disemak belukar di Pulau Jemaja.
Alat-alat musik Gobang terdiri dari enam atau delapan buah gendang rebana yang besar, dua buah gendang panjang, satu buah gong, dua buah tetawak dan satu buah serunai Gobang. Gendang panjang dan gong dimainkan pada waktu lagu-lagu pembukaan. Lagu-lagu gendang panjang ada tujuh atau sembilan lagu tetapi lagu gendang panjang ini biasa dimainkan satu sampai tiga lagu saja, yaitu lagu Tambo Satu, Tambo Dua dan Tambo Tiga.
“Pentas Gobang disebut Selasar Buang, yang dibuat dari buluh dan kelitan, selesai bermain pentas ini dirobohkan dan bahannya dibuang (selasar buang),” jelas Saparilis.
Dikatannya, dari ikatan Gobang Jemaja Tanjungpinang, mengharapkan momen-momen kesenian Gobang seperti ini agar tetap dijaga dan dipelihara kedepannya sesuai perkembangan zaman oleh generasi-generasi nantinya.
Sebab, khasanah yang dulu memang pernah ada dan bahkan sampai saat sekarang sudah hampir punah. Juga pada acara perkawinan dan pernikahan masyarakat Jemaja Tanjungpinang, kesenian Gobang selalu ditampilkan dan merupakan kebiasaan dikampung kesenian.
“Gobang ini dimainkan pada malam hari pada saat acara Cecah Inai, mulai dari selesai Sholat Isya menjelang waktu Shubuh,” ungkapnya.
Alkisah, permainan kesenian Gobang ini telah dirangkum dari berbagai nara sumber yang merupakan keturunan dari para pemain Gubang terdahulu.
Apabila ada kemiripan dengan permainan atau kesenian dengan daerah lain, bukan berarti Gobang merupakan hasil tiruan dari permainan atau kesenian tersebut.
“Tetapi kesenian Gobang Jemaja merupakan permainan atau kesenian asli dan Jelmaan makhluk halus (orang bunian) yang pernah terjadi di daerah Kecamatan Jemaja (teluk mampok),” tutupnya.
(Rasip)