Hadiri BKMT di Penyengat, Ini yang Dijanjikan Lis

Avatar
Walikota Tanjungpinang, Lis Darmansyah.
Walikota Tanjungpinang, Lis Darmansyah.
Walikota Tanjungpinang, Lis Darmansyah.

Tanjungpinang, LintasKepri.com – Walikota Tanjungpinang, Lis Darmansyah menghadiri pengajian Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) di Balai Adat Indrasakti, Pulau Penyengat Kelurahan Penyengat, Kamis (30/3) sore.

Dikesempatan itu, Lis memaparkan beberapa program dan kegiatan pemerintah kedepan untuk Pulau Penyengat. Kata dia pulau ini akan ditata secara bertahap.

“Insya Allah tahun ini Pulau Penyengat akan kita tata secara bertahap mulai dari akses jalan, pelantar hingga Balai Adat,” tegas Lis.

Dia menjelaskan perencanaannya yakni dari akses pintu masuk dan keluar Pulau Penyengat akan dibedakan.

“Masuk dari Kampung Datuk dan keluar dari pelantar depan masjid. Pelantar itu nantinya akan diperindah selain difungsikan sebagai tempat parkir, bila malam hari bisa dijadikan pujasera bagi pelaku usaha di Pulau Penyengat,” kata Lis.

Ini dilakukan agar pusat ekonomi baru dapat tumbuh di Pulau Penyengat.

Guna mengantisipasi kebakaran, Pemko Tanjungpinang akan menempatkan mobil pemadam kebakaran di pulau bersejarah ini.

Disamping itu, lanjut Lis, ada beberapa kebijakan mengenai tata etika orang dan etika bangunan yang masih dalam tahap penyusunan.

Setelah kebijakan tersebut rampung, pihaknya akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

Selain itu, Lis juga meminta dukungan kepada seluruh masyarakat yang bermukim di Pulau Penyengat untuk kebijakan tersebut.

Walikota Tanjungpinang, Lis Darmansyah menghadiri pengajian Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) di Balai Adat Indrasakti, Pulau Penyengat Kelurahan Penyengat, Kamis (30/3) sore. 
Walikota Tanjungpinang, Lis Darmansyah menghadiri pengajian Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) di Balai Adat Indrasakti, Pulau Penyengat Kelurahan Penyengat, Kamis (30/3) sore.

Ia menjelaskan mengenai gambaran dari kebijakan etika orang. Kata Lis kedepannya orang-orang yang berkunjung ke Pulau Penyengat dilarang mengenakan pakaian yang kurang sopan.

Untuk pengelolaan pakaian itu, nantinya diserahkan kepada warga setempat. Tak hanya pengunjung, kebijakan ini berlaku bagi warga Pulau Penyengat.

“Lebih-lebih lagi pada waktu shalat, tak ada lagi warga yang tak memakai baju sambil nongkrong dan tertawa-tertawa di tempat umum. Tentu, pemandangan ini tak kan enak dilihat bila ada wisatawan yang berkunjung ke Penyengat,” papar Lis.

Sedangkan untuk etika bangunan di Pulau Penyengat harus berkonsep melayu. Karena itu Lis meminta dukungan warga supaya Pulau Penyengat yang kaya akan sejarah melayu tetap terjaga indentitasnya.

“Indentitas melayu adalah Islam, Islam adalah melayu harus kita jaga, kalau bukan kita siapa lagi yang akan menjaganya,” katanya.

(Isk/hum/red)

banner 728x90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *