Tanjungpinang, LintasKepri.com – Sejumlah dosen yang mengabdi di Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji (FKIP UMRAH) Tanjungpinang menciptakan cairan pembersih tangan untuk mencegah penularan Covid-19.
Dekan FKIP UMRAH, Abdul Malik, di Tanjungpinang, Rabu, mengatakan, kegiatan tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kampus, namun dapat dikembangkan untuk kepentingan masyarakat mengingat sejak beberapa pekan terakhir cairan pembersih tangan sulit diperoleh masyarakat.
FKIP UMRAH pada prinsipnya juga menginginkan karya dosen-dosen itu dapat dimanfaatkan masyarakat, terutama untuk mencegah penularan Covid-19. Karena itu, FKIP UMRAH siap bekerja sama dengan organisasi kemasyarakatan agar cairan pembersih tangan ini dapat dibagikan secara gratis kepada masyarakat.
“Kita butuhkan bahan dasar, yang mulai sulit diperoleh di pasar. Dosen-dosen kami siap berbagi pengetahuan, dan mengabsi untuk kepentingan masyarakat,” katanya.
Ia menjelaskan para dosen yang ahli di bidang kimia itu sejak tiga hari lalu mulai bekerja keras menciptakan cairan pembersih tangan sesuai prosedur Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
Hasilnya, hari ini mereka sudah berhasil memproduksi 20 liter cairan pembersih tangan.
“Besok mudah-mudahan mencapai 50 liter,” ujarnya.
Ketua Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UMRAH, Fitriah Khairunnisa, mengatakan, pihaknya siap memproduksi lebih banyak cairan pembersih tangan. Bahan dasar dalam memproduksi cairan pembersih tangan tidak banyak seperti etanol, gliserol, hidrogen peroksisa dan air steril.
Namun sekarang terkendala sejumlah zat kimia yang sulit didapat si pasar seperti etanol dan gliserin. Gliserin sebenarnya dapat diganti dengan lisah buaya, namun sekarang tanaman itu juga sulit didapat.
“Kami menerapkan prosedur kerja sesuai ketentuan BPOM sehingga lebih aman dipergunakan masyarakat,” katanya.
Khoirunnisa mengatakan bahwa membuat cairan pembersih tangan ini dibutuhkan keahlian khusus, karena bahan yang digunakan mayoritas zat kimia. Campuran zat kimia harus tepat sehingga tidak berisiko pada penggunanya.
Contohnya, etanol dengan kadar yang tinggi menyebabkan kulit cenderung kering dan mudah luka sehingga ditambahkan H202 (hidrogen peroksida) sebagai pencegah infeksi luka, dan gliserin atau aloevera sebagai pelembabnya.
Dalam teknis pelaksanaan, bahan tersebut harus dikerjakan di lemari asam, yang hanya ada di laboratorium.
“H202 penting dalam racikan ini, karena memang yang diberikan WHO sudah sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. H202 ini juga berfungsi mencegah infeksi kulit,” tuturnya.
(*)