Natuna, LintasKepri.com – Sepuluh tahun menggeluti usaha sebagai petani rumput laut, Zahir (60) warga Desa Tanjung Setelung Kecamatan Serasan Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau telah 4 kali pulang pergi Umroh ke tanah suci Mekkah.
Saat ini kegiatan budi daya rumput laut di Serasan semakin meredup. Padahal Serasan adalah salah satu wilayah penghasil rumput laut terbesar di Natuna.
“Semenjak saya menanam rumput laut, telah empat kali pergi Umroh, semuanya dari hasil panen rumput laut,” katanya.
Rumput laut sempat menjadi primadona bagi warga Natuna beberapa tahun lalu.
Hanya saja sekarang semakin ditinggalkan para petani karena dinilai tak menjanjikan.
“Iya, banyak petani yang lain meninggalkan usaha ini karena harga murah, dan tidak ada pembeli,” ungkap Zahir.
Zahir mampu bertahan sampai saat ini dan mau berbagi pengalaman.
Pertama, kata dia, waktu efektif penanaman ada tiga siklus yakni dimulai dari Agustus hingga Maret.
“Intinya tidak pada musim panas, satu siklus ada dua bulan,” tuturnya, Kamis.
Kedua, meski harga murah jika rumput laut banyak, hasilnya juga akan banyak.
Ketiga, harus turun langsung mulai dari penanaman sampai dengan proses panen.
Menanggapi tidak ada pembeli, Zahir membantah. kata dia itu tidak benar.
“Pembeli ada, tetapi dengan jumlah besar minimal 11 Ton, jadi memang tidak bisa cepat menikmati hasilnya,” katanya.
Zahir juga mengatakan sukses atau tidaknya didukung pada pemilihan lokasi tanam.
Hal lain yang membuat Zahir mampu bertahan sampai saat ini karena ia dapat melakukan pembibitan benih rumput laut secara mandiri.
“Saat ini kondisi harga dipasaran kisaran Rp6500. Yang dulunya bisa mencapai harga Rp 9500/Kg.
Jika kita hitung satu siklus panen bisa capai 12 ton tetapi jika gagal kita hanya panen 2 ton itu untuk lokasi kurang lebih satu hektar,” ungkap Zahir.
Rumput laut yang banyak dibudidayakan oleh Zahir adalah Jenis Katoni.
“Sampai saat ini saya dan istri masih menekuni profesi sebagai petani rumput laut,” tutupnya.(Man)