Berjuang Sembuhkan COVID-19, Insentif Tenaga Kesehatan RSUD RAT Sudah Cair

Avatar
RSUD Raja Ahmad Tabib (RAT) Kepri. Foto: Ihsan.
RSUD Raja Ahmad Thabib (RAT) Kepri. Foto: Ihsan.

Tanjungpinang, LintasKepri.com – Setelah kurang lebih 3 bulan berjuang menyembuhkan pasien corona, akhirnya sejumlah tenaga kesehatan di RSUD Raja Ahmad Thabib (RAT) menerima insentif penanganan COVID-19.

Insentif yang cair tersebut untuk Maret hingga Mei. Besarannya beragam tergantung ring dan grade masing-masing.

“Sudah cair untuk Maret sampai Mei. Untuk bulan selanjutnya belum ada arahan dari Kemenkes. Tentang tunjangan ini Kemenkes sudah membuat aturan. Di aturan Kemenkes itu, insentif diberikan Maret sampai Mei. Belum ada informasi bagaimana selanjutnya,” ujar Plt Direktur Utama (Dirut) RSUD RAT, Elfiani Sandri, Kamis (16/7) kemarin.

Elfiani mejelaskan, insentif untuk penanganan pasien COVID-19 ini, tidak hanya diberikan kepada tenaga kesehatan saja. Tetapi juga kepada tenaga pendukung seperti tenaga sanitasi, katering, hingga petugas kebersihan.

“Artinya seluruh karyawan yang tidak bersentuhan langsung dengan pasien, juga kita berikan. Tapi berbeda nilainya dengan yang memberikan pelayanan langsung pada pasien,” jelas Elfiani.

Insentif ini, sambung Elfiani, nilainya berbeda-beda sesuai peletakan tim medis di beberapa ring. Seperti ring I, II dan III.

Ring I adalah yang bersentuhan langsung dengan pasien COVID-19. Mulai dari tenaga kesehatan hingga petugas kebersihan. Pada kriteria ring tersebut, lalu ada kriteria grade yang terdiri dari dokter spesialis, dokter umum, perawat hingga petugas kebersihan yang nilai insentifnya berbeda-beda.

“Untuk dokter spesialis di ring I itu insentifnya Rp500 ribu per hari pelayanan,” tutur Elfiani.

Selanjutnya ada ring 2 yang terdiri dari tenaga penunjang dan ring 3 yang bersifat non medis. Saat ini ada sekitar 750 orang pegawai RSUP Raja Ahmad Thabib.

“Sebesar 60 persen adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan bukan hanya dokter, perawat dan bidan saja. Termasuk diantaranya analis laboratorium, radiographer, gizi, kemudian tenaga rekam medis. Sedangkan 40 persennya tenaga non kesehatan yang mendukung,” tutup Elfiani.

(san)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *