Cuaca cerah di langit Bukittinggi Sumatera Barat seakan menggambarkan keceriaan hati Said Faisal Nugraha. Hari itu, tepat 16 Februari 2018, anak sulung pasangan H TS Arif Fadillah dan Hj Risma Rini resmi mengakhiri masa lajangnya.
Alumnus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) ini mempersunting rekan satu kampusnya, Aisha Nadira Padriyani, putri kedua pasangan H Supadria Dt Makhudum Tungga dan Hj Afriyani.
Pada akad nikah yang dilangsungkan di Masjid Raudhatul Jannah, Gulai Bancah Bukittinggi itu, langsung menjadi saksi Gubernur Kepri H Nurdin Basirun dan Wali Kota Bukittinggi HM Ramlan Nurmantias.
Pantun memantun antar perwakilan pengantin lelaki H Azhar Hasyim dan wakil pengantin perempuan, Wiwin, menyemarakkan suasana akad nikah yang dihadiri banyak kerabat, baik dari Sumbar dan Riau, terlebih dari Kepri.
Tampak hadir Wakajati Kepri Dr Asri Agung Putra, Wakil Ketua DPRD Kepri Husnizar Hood, Wakil Buoati Karimun H Anwar Hasyim, Wakil Bupati Bintan Dalmasrisyam, Ketua LAM Kepri H Abdul Razak. Ada juga Wakil Wali Kota Bukittingi H Irwandi dan Bupati Siak Syamsuar.
Gubernur Nurdin, yang menjadi saksi dari pihak lelaki memberi ucapan selamat atas pernikahan tersebut. Dia mendoakan pasangan ini menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.
Wali Kota Bukitinggi Ramlan Nurmantias pernikahan ini ibarat kapal. Ada perjalanan yang akan dilakukan. Kadang ada badai dan gelombang di tengah perjalanan.
Pernikahan ini juga ibarat diambilnya kasih sayang dari orang tua masing-masing. Ramlan berpesan, janhan pernah melukai orang tua, apalagi melupakannya. Jangan pernah ada niat dibeda-bedakan orang tuanya.
“Padukan kasih sayang ini untuk mengharumi rumah tangga dengan samawa,” kata Ramlan.
Dengan pernikahan ini, Said Faisal Nugraha mendapat gelar dari Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau Bukittinggi. Gelarnya adalah Paduko Bandaro Kayo.
Sehari setelah akad nikah, tepatnya Sabtu (17/2) dilangsungkan resepsi yang menggunakan adat Minang. Resepsi berlangsung di Auditorium Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, Bukittinggi.
Tampak Sekda H TS Arif Fadillah memakai pakaian taluak balango dengan kain samping/songket warna merah dengan tenunan pandai sikek Bukittinggi. Sementara Hj Risma Rini mengenakan pakaian bajubasiba kain balapak dibalut telekung di kepala warna kuning emas.
Acara diawali prosesi Astra Brata. Pengantin pria mengenakan pakaian PDUB (pakaian dinas umum besar). Sedangkan Pakaian pengantin wanita menggunakan pakaian adat suting baju beludru merah/ baju kurung basiba. Karena wanita pengantin harus banyak ditutupi. Dibalut lida lida di leher. Di ketiak diberi kain segi empat kikiak yang artinya perempuan harus menyimpan rahasia suami istri.
Pada pakaian adat kedua untuk kedua mempelai yaitu pakaian adat Padang magek pakaian adat Solok, baju beludru hitam di kepala diikat kain sunting dari negeri Solom. Karena di Minang, adat selingkar negeri dan pengantin wanita keturunan Solok. Pakaian perempuan jiha dibalut selendang kain balapak di bahu dengan anyaman songket pandai sikek asli Bukittinggi. Artinya mempelai menjadi contoh di masyarakat dan menjadi suritauladan sebagai generasi penerus.
Hari ini, Senin (26/2) resepsi mundu mantu digelar di Tanjungpinang dengan pakaian adat Melayu. Rangkaian dimulai sejak Ahad (25/2) dengan acara Khatakan Alquran. Acara dimulai dengan Barzanji di rumah pengantin lelaki.
Sementara pada saat resepsi, sejumlah acara adat juga dilangsungkan. Selain pembacaan Shalawat dan Doa Selamat, ada juga Zikir Mirzam. Acara Dharma Asta Brata juga akan dilangsungkan di lokasi resepsi. Saat itu, ada penyematan cincin purna praja oleh Gubernur kepada pasangan pengantin.(Tra/Humas)
Sumber: Humas Kepri