Lintaskepri.com, Tanjungpinang – Tahun Baru Masehi adalah momen yang dirayakan meriah di seluruh dunia. Sebagai sistem penanggalan internasional, kalender Masehi telah digunakan selama berabad-abad, sejak era Kekaisaran Romawi.
Namun, bagaimana sebenarnya sejarah dan tradisi perayaan Tahun Baru ini bermula? Berikut ulasan informatif mengenai asal usul hingga tradisi uniknya di berbagai negara.
Sejarah Penetapan Tahun Baru Masehi
Kalender Masehi berasal dari zaman Kerajaan Romawi Kuno. Awalnya, kerajaan ini menggunakan kalender Etruskan, sistem penanggalan dari bangsa Asia yang dikenal memiliki peradaban tinggi.
Pada abad ke-7 SM, Julius Caesar, pemimpin Romawi, mengganti sistem tersebut dengan kalender yang menyesuaikan siklus revolusi matahari, seperti yang digunakan oleh Mesir Kuno.
Pada tahun 45 SM, Caesar menambahkan 67 hari untuk menyesuaikan tahun kalender, sehingga 1 Januari menjadi awal tahun.
Ia juga menetapkan penambahan satu hari di bulan Februari setiap empat tahun untuk menghindari perbedaan perhitungan. Namun, sebelum kalender ini sepenuhnya diterapkan, Julius Caesar tewas pada 44 SM.
Penetapan kalender Masehi secara resmi dilakukan pada 1582 oleh Paus Gregorius XIII. Sistem ini merujuk pada tahun kelahiran Yesus Kristus sebagai 1 M dan menetapkan 1 Januari sebagai awal tahun. Kalender ini kemudian menjadi standar internasional hingga sekarang.
Perayaan Tahun Baru tidak hanya berkutat pada pesta dan kembang api. Beberapa negara memiliki tradisi unik yang menambah semarak momen ini:
Meramal Nasib dengan Timah – Jerman
Di Jerman, timah dilelehkan di atas lilin, lalu dituangkan ke dalam air dingin. Bentuk timah yang mengeras dipercaya dapat meramalkan nasib seseorang di tahun mendatang.
Menyajikan 12 Buah Bundar – Filipina
Masyarakat Filipina menyajikan 12 buah berbentuk bundar di meja makan, melambangkan kekayaan (seperti koin) dan kemakmuran selama 12 bulan ke depan.
Makan 12 Anggur – Spanyol dan Meksiko
Di Spanyol dan Meksiko, tradisi makan 12 anggur melambangkan setiap detak jam sebelum pergantian tahun. Ini dipercaya membawa keberuntungan dan kemakmuran.
Melepas Perahu Kecil – Brazil
Orang Brazil membuat perahu kecil berisi hadiah untuk Yemanja, Dewi Lautan, lalu melepaskannya ke pantai. Jika perahu tidak kembali ke pantai, permohonan mereka diyakini akan terkabul.
Memakai Pakaian Dalam Berwarna – Brazil
Pada malam Tahun Baru, masyarakat Brazil mengenakan pakaian dalam baru dengan warna tertentu yakni kuning untuk kekayaan, merah/pink untuk cinta, hijau untuk harapan dan biru untuk kesehatan.
Di Indonesia, perayaan Tahun Baru mirip dengan negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat.
Kerumunan orang memenuhi pusat kota, menikmati pertunjukan kembang api, dan merayakan pergantian tahun dengan penuh semangat.(*)
Editor: Brm