Lintaskepri.com, Tanjungpinang – Polemik soal libur penuh selama bulan Ramadan 2025 akhirnya terjawab. Pemerintah melalui Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri memutuskan bahwa kegiatan pembelajaran tetap dilaksanakan, dengan pola yang telah disesuaikan untuk bulan suci tersebut.
Surat edaran ini, yang diteken pada 20 Januari 2025, memastikan pembelajaran tidak diliburkan sebulan penuh.
Sebagai gantinya, pembelajaran pada 27-28 Februari dan 3-5 Maret 2025 dilakukan secara mandiri di rumah, tempat ibadah, atau lingkungan masyarakat sesuai penugasan sekolah.
Sementara itu, dari 6 hingga 25 Maret 2025, pembelajaran berlangsung di sekolah dengan fokus pada penguatan iman, takwa, serta pembentukan karakter peserta didik.
Berdasarkan SEB yang diterbitkan, berikut rincian kebijakan yang akan diterapkan, pembelajaran mandiri dijadwalkan berlangsung pada 27-28 Februari dan 3-5 Maret 2025, pembelajaran dilakukan di luar sekolah dengan bimbingan keluarga atau masyarakat.
Selanjutnya pembelajaran di sekolah akan dimulai dari tanggal 6 hingga 25 Maret 2025, sekolah kembali aktif dengan kegiatan yang difokuskan pada tadarus Al-Qur’an, pesantren kilat, dan kajian keislaman.
Sedangkan bagi siswa non muslim akan dilakukan bimbingan rohani sesuai agama masing-masing. Libur Idulfitri ditetapkan pada 26-28 Maret dan 2-8 April 2025. Setelah itu, pembelajaran dimulai kembali pada 9 April 2025.
Pemerintah daerah, kantor Kementerian Agama, serta orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendukung pelaksanaan kebijakan ini, baik dalam perencanaan kegiatan maupun pendampingan siswa.
Kebijakan ini bertujuan menjaga keseimbangan antara pendidikan dan pelaksanaan ibadah di bulan Ramadan. Siswa diharapkan dapat meningkatkan keimanan, takwa, dan akhlak mulia melalui kegiatan-kegiatan positif selama bulan suci.
Namun, keputusan ini juga menimbulkan perbedaan pendapat di masyarakat. Beberapa pihak menginginkan libur penuh untuk memberikan waktu lebih bagi siswa menjalankan ibadah, sementara lainnya mendukung aktivitas di sekolah sebagai bagian dari pembentukan karakter.
Apa pendapat Anda? Lebih setuju dengan pembelajaran di sekolah atau libur penuh selama Ramadan?.(Bla)
Editor: Brm