Baru Mencapai 41 Persen, Wagub Minta Waktu Imunisasi Rubella Diperpanjang

Sep 21, 2018

Wakil Gubernur Kepri H. Isdianto meminta agar batas akhir pelaksanaan imunisasi campak dan rubella yang sedianya akan berakhir hinggaa 31 September agar diperpanjang lagi. Hal ini mengingat target 95 persen yang akan dicapai, sejauh ini baru tercapai 41 persen.

“Kalau kita analisa pencapaian 41 persen saat ini dari 95 persen yang ditargetkan, ini masih sangat jauh dari pencapaian. Sementara batas waktu hanya tinggal beberapa hari saja lagi. Solusinya, karena campak dan rubella ini bisa dikatakan darurat, maka saran saya agar diperpanjang waktunya,” kata Isdianto saat membuka dialog publik dengan tema ‘ancaman dan dampak rubella, CRS, Kamis (20/9) di hotel Aston Tanjungpinang.

Virus campak dan rubella sendiri hingga saat ini belum ada obatnya. Dan satu-satunya cara adalah mencegahnya dengan cara diimunisasi.

 “Kita berharap punya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani tanpa terkecuali. Perlu kita akui minimnya pencapaian ini dikarenakan sempat adanya polemik halal dan haram. Tapi lupakan itu semua, karena ini demi kesehatan dan masa depan anak-anak bangsa. Apalagi MUI sudah menyatakan membolehkannya. Perlu saya tegaskan bahwa mencegah itu lebih baik daripada mengobati,” ujar Isdianto.

Mengingat hal ini sifatnya darurat dan demi kesehatan generasi bangsa. Wakil Gubernur menghimbau agar seluruh masyarakat Kepri, terutama yang faham dan sudah melakukan imunisasi agar mengajak tetangga-tetangganya.

“Bayangkan saja, petugas kesehatan saja ada yang terjangkit virus rubella. Padahal mereka faham masalah ini. Bagaimana dengan masyarakat yang kurang memahami hal ini. Saya rasa Dinas Kesehatan agar lebih gencar lagilah melakukan sosialisasi,” ujar Isdianto lagi.

Sementara itu ketua Badan Koordinasi Organisasi Wanita (BKOW) Kepri Hj. Rosmeri Isdianto yang juga hadir dalam kesempatan ini menyarankan agar pola sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan agar lebih bervariatif.

Jika selama ini bentuk sosialisasi hanya dilakukan melalui media dan spanduk-spanduk. Rosmeri menyarankan agar sosialisasi dilakukan dengan cara d0or to d0or ke tengah masyarakat. Tujuannya agar sasaran bisa tercapai dengan maksimal. Tidak hanya bagi kalangan dengan tingkat pemahaman menengah keatas sana, tapi juga bagi kalangan masyarakat menengah kebawah.

“Masyarakat banyak yang belum paham. Kata-kata rubella ini kan baru muncul aekarang. Masyarakat taunya campak selama ini. Makanya segera beri sosialisasi masalah ini hingga ke masyarakat bawah. Beri pemahaman tentang apa itu campak dan rubella? serta dampaknya,” pinta Rosmeri.

Sementara itu, Konsultan dari UNICEF Yuprizal Candra mengatakan bahwa secara Nasional pencapaian target kegiatan yang akan berakhir di 31 September ini, sampai sekarang baru mencapai sekitar 50 persen.

Menurut Yuprizal, imunisasi campak dan rubella ini sangat penting. Karena ibu hamil yang terjangkit virus ini  akan melahirkan anak cacat permanen.

“Kita tahu tidak ada satupun daerah yang terbebas dari CRS ini. Makanya kita saat ini sedang berupaya untuk mencegahnya. Dan ini sangay penting untuk keberlangaungan generasi bangsa kita,” unar Yuprizal.

Adapun Kepala Dinas Kesehatan Kepri Tjetjep Yudiana berdasarkan data mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengambil sampling sebanyak 2000 anak untuk di tes campak dan rubella. Dan ternyata sebanyak 400 anak positif campak dan 270 poaitif rubella.

“Kita semua tidak mau generasi kita lahir dengan cacat permanen tentunya. penyakit ini belum ada obatnha kecuali mencegahnya,” ujar Tjejtep.

Dalam kesempatan ini hadir juga Sekum MUI Kepri Edi Syafrani yang mengungkapkan sikap MUI Kepri bahwa imunisasi CRS dibolehkan dan agar dilanjutkan. Hal ini juga bagi seluruh Indonesia.

Dalam dialog publik ini Dinas Keaehatan  menghadirkan 3 orang wanita yang poaitif rubella dan melahirkan anak-anak dengan kekurangan fisik sejak lahir.(***)

Sumber: Humas Kepri

Bagikan Berita :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *