Lintas Kepri

Infromasi

“Rayuan Pulau Palsu” Mendarat di Kepulauan Riau

Mei 19, 2016
Suasana pemutaran film dokumenter "Rayuan Pulau Palsu" di Belokkirikoffe, Kamis (19/5).Suasana pemutaran film dokumenter "Rayuan Pulau Palsu" di Belokkirikoffe, Kamis (19/5).

– Kisah Kehidupan masyarakat pesisir di Teluk Jakarta Utara

Suasana pemutaran film dokumenter "Rayuan Pulau Palsu" di Belokkirikoffe, Kamis (19/5).
Suasana pemutaran film dokumenter “Rayuan Pulau Palsu” di Belokkirikoffe, Kamis (19/5).

Tanjungpinang, LintasKepri.com – Menggambarkan Reklamasi di Ibu Kota Jakarta, puluhan mahasiswa/i, pelajar dan pemuda Kota Tanjungpinang, ikut menyaksikan pemutaran film dokumenter “Rayuan Pulau Palsu” yang di sutradarai Dandhy Laksono, di Warung Kopi Belokkirikoffe, Kamis (19/5) pukul 20.00 WIB.

“Untuk pertama kalinya, Film bernuansa sosial ini di putar di Ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau, khususnya Kota Tanjungpinang. Film ini serentak ditayangkan di Australia, menggiring masyarakat Indonesia untuk mengerti apa itu reklamasi dari berbagai sudut pandangan,” kata owner Belokkirikoffe, Arie Sunandar disela-sela nonton bareng (Nobar) kepada LintasKepri.com.

Sebagaimana dikutip dari situs resmi Watchdoc, yang merupakan salah satu tempat produksinya film sosial tangan anak bangsa, “Rayuan Pulau Palsu” merupakan dokumentasi (kumpulan,red) gambaran kehidupan nelayan Jakarta yang hidup di pesisir Ibu Kota, memperjuangkan nasibnya lantaran Pemerintah Indonesia berencana untuk mereklamasi sekitar 16 pulau, yang saat ini ditempati mereka.

“Film ini mengisahkan perjuangan nelayan Jakarta berhadapan dengan kekuatan pemodal yang melakukan ekspansi properti lewat reklamasi. Janji-janji disebarkan pemerintah bekerjasama dengan pemerintah, mulai dari lingkungan yang lestari hingga kesejahteraan nelayan, semua digambarkan dalam film ini,” kata Arie.

Dari gambaran Film dokumenter “Rayuan Pulau Palsu” itu, sutradara mengisahkan masyarakat Indonesia yang berdomisili di Teluk Jakarta Utara, menghadapi kehidupan sehari-hari ditengah pesatnya pembangunan, yang masih dianggap belum terintegrasi dari kehidupan yang sebenernya.

Sutradara menggabarkan, sejumlah pengakuan dari masyarakat Teluk Jakarta, dengan objek visual nelayan, dalam kehidupan, dari sisi mata pencarian, hingga ungkapan mereka tentang kebijakan pemerintah dalam rencana pembangunan yang disebut dalam Film itu “Proyek Garuda”.

Dalam pemutaran film ini, tidak hanya dihadiri mahasiswa dan pemuda, mereka dari kalangan akademisi hingga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tanjungpinang juga ikut nonton bareng mahasiswa sambil berdiskusi setelah penayangan film tersebut. (Aji Anugraha)

Bagikan Berita :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *